Baru-baru ini kehadiran Trem Otonom cukup menyita perhatian masyarakat Kalimantan khususnya dan Indonesia pada umumnya. Kendaraan otonom diperkenalkan oleh pemerintah di Ibu Kota Nusantara, Kalimantan sebagai moda transportasi autonomous rail transit (ART) atau yang dikenal sebagai Trem Otonom. Fasilitas ini dibangun untuk mewujudkan IKN sebagai pusat pemerintahan Indonesia yang baru dengan teknologi maju dan canggih.
Trem otonom ini sudah diujicobakan di IKN beberapa hari sebelum Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-79. Kehadiran trem otonom tentu menghebohkan masyarakat Indonesia karena ini jadi hal yang cukup baru. Meskipun dahulu Indonesia pernah memiliki trem di beberapa kota. Trem otonom juga mampu melaju hingga 40 km/jam.
Nantinya, trem otonom ini akan menjadi moda transportasi penghubung IKN yang ramah lingkungan karena bahan bakar yang digunakan adalah baterai listrik yang kemudian terhubung dengan marka jalan dan magnet.
Namun, di balik kehadirannya, banyak masyarakat yang beropini atau menyamakan kalau trem otonom ini memiliki bodi yang mirip dengan bus umum. Sekilas memang iya, tapi, sebenarnya apa sih yang membedakan trem otonom dan bus umum? Yuk simak!
3 Perbedaan Trem Otonom dan Bus Umum
1. Berbeda dari Segi Ukuran
Jika dilihat dari dekat maupun jauh, trem otonom dan bus umum memang memiliki ukuran yang berbeda. Trem adalah rangkaian kereta yang terdiri dari tiga kereta. Berdasarkan berbagai sumber, Jika diukur panjang trem otonom bisa mencapai 30 meter.
Hal ini tentu berbeda ukuran dengan bus umum yang sudah beroperasi di Indonesia karena ukurannya hanya 18 meter saja. Berarti, trem otonom secara ukuran jauh lebih panjang, bahkan ukurannya hingga dua kali lipat daripada bus umum yang biasa kita temui di jalanan.
Berdasarkan ukuran, trem otonom tidak bisa masuk ke dalam golongan bus. Ini sesuai dengan kebijakan Peraturan Pemerintah nomor 55 tahun 2012 tentang kendaraan yang menyatakan ukuran maksimal dari bus adalah 18 meter.
2. Cara Pengoperasian Kendaraan
Trem Otonom menjadi fasilitas yang unik jika dibandingkan dengan fasilitas transportasi umum lainnya yang sudah ada. Meskipun sama-sama dioperasikan di jalan raya, trem otonom menjalankan kendaraannya di atas rel virtual yang berupa jalan dan magnet sensor khusus.
Rel virtual ini dilengkapi dengan sensor dan radar di setiap sudut agar kendaraan dapat dioperasikan tanpa masinis seperti LRT Jabodebek. Jalur lintasan trem otonom yang berupa rel virtual nantinya berfungsi sebagai jalan rel yang mengarahkan jalannya trem otonom. Selain itu trem otonom juga memiliki persinyalan yang mirip dengan persinyalan kereta api.
Nah, jadi dibandingkan masuk ke dalam keluarga bus, Trem Otonom ini lebih mirip dengan kereta api. Ini juga dibuktikan dengan definisi trem yang terdapat pada UU Nomor 23 tahun 2007 tentang perkeretaapian yang menyebutkan bahwa trem adalah kereta api yang bergerak di atas jalan rel yang sebidang dengan jalan.
Dengan pengoperasiannya yang menggunakan tenaga listrik dan baterai, trem juga menjadi kendaraan yang ramah lingkungan. Juga dengan adanya sistem persinyalan ini dapat membuat penumpang di dalamnya selamat dan aman. Sistem persinyalan ini dapat bekerja dengan mengirimkan sinyal kepada lampu lalu lintas dari trem otonom pada jarak 100 meter sebelum trem melintas. Tidak hanya itu, sistem persinyalan ini membantu trem untuk mengetahui hal yang menghalanginya maupun sarana trem otonom lainnya yang membuat kendaraan dapat menyesuaikan laju.
3. Dua Sisi Muka
Dibandingkan dengan bus, trem otonom ini memiliki dua muka. Fitur ini memungkinkan trem untuk bergerak dalam dua arah. Sedangkan bus biasa hanya memiliki satu sisi muka. Artinya bus hanya dapat dioperasikan pada satu arah.
Itulah 3 hal yang menjadi perbedaan Trem Otonom dengan bus. Semoga saja, kehadirannya bisa memberikan manfaat terhadap transportasi umum tak hanya di IKN, tapi di seluruh daerah yang ada di Indonesia. Semoga, ya!